Alergi makanan merupakan masalah kesehatan yang semakin meningkat di seluruh dunia. Banyak orang, mulai dari anak-anak hingga dewasa, mengalami reaksi alergi terhadap berbagai jenis makanan. Apa yang sebenarnya menyebabkan peningkatan kasus ini? Penelitian terbaru mencoba mengungkap faktor-faktor utama di balik tren ini.
Faktor Lingkungan dan Perubahan Gaya Hidup
1. Peningkatan Paparan Polutan
Studi menunjukkan bahwa peningkatan paparan terhadap polutan udara dan bahan kimia di lingkungan bisa memicu reaksi alergi. Kontaminan ini mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, membuatnya lebih sensitif terhadap zat-zat tertentu dari makanan.
2. Perubahan Pola Makan dan Diet Modern
Perubahan pola makan, seperti konsumsi makanan olahan yang lebih banyak dan pengurangan paparan terhadap makanan alami sejak dini, dapat mengganggu perkembangan sistem imun anak. Hal ini berpotensi meningkatkan risiko alergi makanan.
Peran Faktor Genetik dan Imunologi
3. Keturunan dan Faktor Genetik
Penelitian menunjukkan bahwa faktor keturunan tetap menjadi salah satu penentu utama. Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki riwayat alergi, kemungkinan anak juga akan mengalami hal yang sama.
4. Disbiosis Usus
Ketidakseimbangan bakteri dalam usus (disbiosis) juga dikaitkan dengan meningkatnya alergi makanan. Usus yang sehat berperan penting dalam melatih sistem imun agar tidak bereaksi berlebihan terhadap makanan tertentu.
Pengaruh Pandemi dan Perubahan Kebiasaan
Pandemi COVID-19 turut mempengaruhi pola hidup dan kebiasaan makan, yang secara tidak langsung dapat memperburuk tren alergi makanan. Pembatasan sosial dan peningkatan kebiasaan makan di rumah memicu perubahan diet yang mungkin berkontribusi terhadap peningkatan kasus alergi.
Kesimpulan
Penelitian terbaru menegaskan bahwa penyebab meningkatnya kasus alergi makanan adalah kombinasi faktor lingkungan, genetika, dan gaya hidup modern. Memahami faktor-faktor ini penting untuk merancang strategi pencegahan dan penanganan yang lebih efektif.
